Jumat, 27 Juni 2014

Ujian atau teguran ?

Sejauh ini, kenapa masih saja aku bergelut tentang cinta ?
Masih orang yang sama padahal. Namun aku juga tidak tahu apa yang aku permasalahkan ?
Soal salah paham ?
Soal tanggapan ?
Atau soal lain yang abstrak ?
Atau mungkin aku yang belum dewasa ?

Susah sekali untuk benar-benar bersikap biasa ketika dirimu menjadi tokoh utama dari rangkaian cerita yang dibuat oleh imajinasi ku. Ah .
Ada yang mengunci pintu sehingga kau tidak bisa keluar dari pikiranku.
Dan vitamin mu kurasa manjur sekali untuk menjadi obatku. Ada semangat dari dirimu, entah apa itu.

Namun terrkadang memang menjadi serba salah, ketika ingin mengambil sikap tentang hal ini.
Apa kau merasakan hal yang sama seperti ku, sehingga sulit untuk membicarakan hal ini agar tercipta suatu keputusan  ?

Apakah ini ujian mencintai ? Atau justru teguran untuk melepaskan ?

Jumat, 18 April 2014

setelah teriknya matahari menyengat keringat, angin sore -di waktu peralihan dzuhur menuju ashar- sangat menyegarkan, bak air dingin untuk tenggorokan yang kering. aku berjalan sambil berpikir, kali ini tentang diri sendiri. Namun tentang cinta juga.

aku berfikir dalam perjalananku, apakah rasa yang selama ini kualami ini benar bernama cinta ?
apakah itu cinta, jika tidak ingin kehilangan seseorang ? 
apakah itu cinta, jika diri ini ingin bertemu dengan diri yang lain- seseorang yang selama ini ada dipikiranku- ?
apakah itu cinta, jika wanita yang ada dipikiranku hanyalah bundaku dan dirimu ?
apakah itu cinta, ketika aku ingin sekali berbicara denganmu ? 
apakah itu cinta, ketika aku ingin berlayar mengelilingi dunia bersamamu ?
apakah itu cinta, jika ada cemburu ?

aku berfikir dalam perjalananku, apakah semua ini hanya gejolak dari keegoisanku ? atau hanya aku yang bodoh tentang masalah ini ?
mungkin ini keegoisan yang merenggut segalanya yang akan indah, yang membutakanku dari keinginan mencari pengertian yang sebenarnya.

setelah merenung sejenak, langit nampaknya memberi isyarat dengan segala keindahannya.
" tempa dulu dirimu baik-baik, pantaskan dirimu untuk pendampingmu, tunaikan hak-hakmu terhadap Pencipta mu. Dengan begitu waktu akan memberi kabar gembira untukmu. "

Dan aku dengan wajah yang masih memandang lurus entah kemana, mengiyakan kata-kata yang entah darimana datangnya. Semoga itu bisikan kebaikan.




Minggu, 30 Maret 2014

terkadang jika sepi melanda, aku bertanya entah kepada siapa, apa arti sepi ? apakah sepi itu seseorang yang merasa didalam hatinya tidak ada seseorang yang lain ? atau bagaimana ?

Tetapi seiring doa agar aku diberikan ilmu pengetahuan, sedikit demi sedikit aku meraba pikiranku sendiri dan kutemukan apa itu sepi.
sepi adalah ketika dirimu tidak mengingat tuhan.

Dan sekarang, muncul lagi pertanyaan. Apa itu kesepian ? mungkin yang ini baru, seorang yang kurang seseorang dalam kehidupannya. Maksudnya, seorang ini butuh seseorang yang lain untuk mengisi kehidupannya.

Kamis, 20 Maret 2014

Gumpalan awan berbentuk kolombus dan sejuknya angin menjadi latar sore ini.

lagi-lagi aku dihadapkan oleh bayangan. Namun kali ini bayanganku sendiri.
Bayanganku berkata " cintailah ia dengan seluruh keyakinanmu".
Bayanganku yang lain juga berkata " Cintailah ia dengan seluruh keyakinanmu, NANTI. Jika waktunya sudah tiba, jika pengetahuanmu sudah bisa menjadi makanan.Agamamu melarangmu berkhalwat. Tidak ada cinta yang indah kecuali berakhir dengan pernikahan.Bersabarlah. "

baiklah, aku meng-iyakan agamaku.


Cinta, adalah ketika merindu ia menjadi doa dan keseriusan menjadi peluntur jarak, seberapa pun jauh.

entahlah, lagi-lagi angin membawa wajahmu di layar pikiran ini. Mulut membisu, hanya pikiran yang bermain. Dan aku hanya bisa bersamamu lewat pikiran, lewat doa. Inikah rasanya mencintai tanpa disadari ? sedikit sesak, sedikit gelisah.
Belum sampaikah di hatimu, cinta yang kutitipkan dalam do`a ?

Minggu, 16 Maret 2014

huah -,-

" entah kenapa, gua peduli sama lu " suaraku bergetar mengatakan hal itu. Sudah sebisa mungkin aku menahan agar kata2 itu tidak keluar. Namun apadaya mulut ini jika hati sudah sangat ingin berbicara, hatiku ingin kau mengetahui segalanya. tentang perasaan. Mungkin sebelumnya, agustus tahun lalu, perasaan ku sudah terungkap kepadamu. Namun , sampaikah ke hati mu ? apa hanya sekedar dilihat oleh mata ? atau didengar oleh telinga ? atau mungkin lagi, hanya sekedar angin lewat ?

jujur saja, rasanya sejak obrolan lewat pesan singkat itu, ada pertanyaan yang menyelimuti pikiran ku. Sadarkah kau, bahwa ada yang mencintai mu dari jauh ? 

jika kepedulian itu awal dari kesetiaan dan kesetiaan itu bisa berbuah cinta, mungkin aku mengalami hal itu. maafkan aku atas keegoisan ku.


Kamis, 26 Desember 2013

sore itu, angin menjelma menjadi temanku berjalan, menyejukkan hati yang tidak karuan. campur aduk perasaan menghadapi perasaan, yang entah ditanggapi atau malah tidak dinanti. aku terus berjalan, agar hati tidak semakin kacau. 

Aku baringkan pikiranku sambil berjalan, kutatap angin2 yang sedang mondar-mandir, kuharap angin-angin itu tahu, aku sedang memiliki masalah tentang perasaan. Aku bertanya entah kemana dan kepada siapa yang jelas pandanganku tetap kedepan dan keatas. 

Kenapa dia memalingkan wajahnya ? Menjauh atau malu ? Padahal aku ingin sekali melihatnya.
Kenapa tidak mau menyapa ? Walaupun hanya sekedar "hai". Menjauh atau malu ? Padahal ingin sekali aku bertatap muka dan berbincang.
Apa aku memang tidak dinanti ? Atau apa memang bukan aku yang dinanti ?

Aku hirup perlahan udara sore itu, kunikmati sebentar realita yang berkeliaran. Kemudian cepat-cepat aku menyadarkan diri dari kebuntuan ini. Yaa inilah realita cinta sebelum waktunya, rindu, cemburu, salah paham semua jadi satu. 
Lalu cepat-cepat aku menyadarkan diri dari kebuntuan ini. Memang ketentuan itu sudah ditentukan oleh Sang Pencipta dan segala sesuatu ada waktunya,  tidak bisa meminta untuk dipercepat atau diperlambat. Namun, ketentuan itu bisa diubah, dan do'a merupakan cara untuk mengubahnya.
Dan cepat-cepat aku menyadarkan diri dari kebuntuan ini. Perbaiki prasangka, dan berperasangka baik merupakan tindakan yang paling mulia. Sang Pemilik Alam itu sesuai dengan prasangka hambaNya.
Terakhir, cepat-cepat aku mengokohkan tujuan hidupku. Aku ingin cinta sejati. Dimana aku berdua dengan pasanganku mendaki menuju puncak kehidupan yang abadi, surgaNya.

Lampion-lampion yang ada disekitar jalanan mulai menyala, dan malam mulai menampakkan keindahan. Seraya berkata " jangan putus asa dalam kehidupan ".